Seandainya pemerintah dan pimpinan TNI merencanakan jauh-jauh hari rencana pengadaan kendaraan tempur dan kendaraan militer lainnya untuk keperluan kontingen Garuda XXXIX yang tergabung dalam pasukan penjaga perdamaian PBB di Libanon atau UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon), maka pemerintah dan TNI tidak perlu repot-repot membeli panser dan kendaraan tempur lainnya dari Prancis.
Sebab, sebetulnya industri kendaraan militer di dalam negeri pun sudah mampu memproduksi kendaraan tersebut. Hanya sayangnya, karena kegiatan pembelian kendaraan militer tersebut dilakukan dalam waktu yang cukup singkat, maka industri pembuat kendaraan militer di dalam negeri tidak bisa memenuhi permintaan yang sangat mendadak tersebut. Sebab kapasitas produksi maupun kemampuan modal kerja industri-industri tersebut masih terbatas.
Memang kegiatan bisnis kendaraan militer di tanah air masih termasuk bisnis yang relatif baru terutama bagi para pelaku usaha swasta. Kondisi tersebut terjadi mungkin karena pemerintah sendiri selama ini masih membatasi kegiatan industri tersebut sehingga tidak banyak izin usaha atau izin industri yang diterbitkan bagi kegiatan usaha tersebut, atau mungkin juga karena memang dunia usaha kurang tertarik untuk menggeluti bidang usaha tersebut.
Karena itu, tidak mengherankan apabila pelaku usaha di bidang tersebut hingga kini masih sangat jarang dan jumlahnya kini dapat dihitung dengan jari. Kendati demikian, teknologi produksi kendaraan militer sebetulnya bukanlah hal yang baru bagi kalangan industri di dalam negeri. Sebab, pada prinsipnya teknologi produksi kendaraan militer tidak jauh berbeda dengan teknologi produksi otomotif pada umumnya. Hanya memang untuk kendaraan militer membutuhkan spesifikasi tertentu khususnya untuk bahan baku seperti untuk rangka, body dan kaca serta dalam kemampuan mesin.
Pada prinsipnya industri otomotif yang sudah mapan dapat dengan mudah dikembangkan menjadi industri kendaraan militer. Seperti halnya di Indonesia, dari segi penguasaan teknologi rekayasa dan teknik produksi (manufaktur), para pelaku industri kendaraan militer di dalam negeri sudah mampu memasok kebutuhan kendaraan angkut militer, baik bagi pasukan angkatan bersenjata (TNI) maupun bagi kepolisian (POLRI). Namun sayangnya, seringkali kepentingan bisnis justru mengalahkan idealisme untuk memberdayakan industri kendaraan militer dalam negeri sehingga pilihan tetap jatuh pada kendaraan militer impor.
Selain PT Pindad, sebuah perusahaan milik pemerintah yang sudah dikenal mampu memproduksi kendaraan angkut militer dan kendaraan tempur, terdapat juga sejumlah perusahaan swasta yang kini sudah mengembangkan produk kendaraan angkut militer dan kendaraan tempur. Bahkan beberapa unit kendaraan militer produksi mereka kini sudah dioperasikan oleh pihak TNI dan POLRI.
Salah satu diantara perusahaan produsen kendaraan militer tersebut adalah PT Sentra Surya Ekajaya. Perusahaan yang didirikan dan dipimpin oleh Eka Surya Jaya tersebut mulai merintis pengembangan industri kendaraan militer sejak tahun 1998. Pada awalnya perusahaan tersebut bergerak dalam kegiatan perbaikan dan re-powering kendaraan militer ringan seperti landrover dll. Pada tahun 2001 PT SSE mulai melakukan kegiatan pelapisan kendaraan militer dengan bahan antipeluru dan pada tahun 2002 mulai mengembangkan kegiatan rancang bangun kendaraan panser.
Untuk memperkuat penguasaan teknologi rekayasa (engineering), sejak tahun 2002 PT SSE menjalin kerjasama di bidang rancang bangun (design engineering) untuk kendaraan tempur (armor) dengan PT Dirgantara Indonesia. Namun demikian seluruh kegiatan produksi (manufacturing) dilaksanakan di fasilitas produksi PT SSE yang berlokasi di Karang Mulya, Tangerang.
Produk kendaraan militer pertama hasil rancang bangun dan rekayasa teknologi PT SSE keluar pada tahun 2003, yaitu kendaraan militer tipe ‘PJD’ atau kendaraan untuk operasi Penyerangan Jarak Dekat. Jenis kendaraan militer tersebut kini sudah dioperasikan oleh pasukan Raider dari Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) sebanyak 29 unit.
Selanjutnya, pada tahun 2004, PT SSE mengeluarkan kendaraan militer model baru, yaitu kendaraan panser ringan (light panser) yang kini telah dipergunakan oleh SAT 81 Komando Pasukan Khusus (Kopasus) TNI-AD, Cijantung sebanyak 3 unit.
Rencananya, pada tahun 2007 PT SSE akan memproduksi kendaraan militer tipe P3 Ransus yang merupakan kendaraan taktis ringan dengan mobilitas tinggi. Kendaraan militer tersebut dirancang khusus untuk operasi tempur dan mampu digunakan pada kegiatan operasi yang cukup lama sampai sekitar 8 jam operasi. Kendaraan militer P3 Ransus rencananya akan dipasok bagi Komando Pasukan Katak (Kopaska) Barat, Kopaska Timur (TNI-AL), Denjaka dan Denbravo (TNI-AU) dengan total pemesanan seluruhnya sebanyak 10 unit.
Untuk memasok kendaraan militer kepada pasukan Brigade Mobil (Brimob) POLRI, pada tanggal 4 Nopember 2006 lalu pada saat pelaksanaan HUT ke-21 Brimob POLRI di Markas Brimob Kelapa Dua Depok, PT SSE telah melakukan demonstrasi kendaraan tempur P2 APC (Armored Personnel Carrier) dan P3 Ransus. “Kmai sangat berharap pimpinan POLRI mendukung penggunaan kendaraan militer produksi PT SSE di jajaran kepolisian, karena produk ini merupakan produk buatan dalam negeri hasil ciptaan para putra putri anak bangsa,” kata Eka kepada majalah Kina di selasela acara pameran IndoDefence 2006 di arena PRJ Kemayoran, Jakarta belum lama ini.
Selain memasok kendaraan militer ke pasar dalam negeri, PT SSE juga telah menjajaki penjualan kendaraan militer ke sejumlah negara tetangga. “Untuk memenuhi pesanan ekspor, PT SSE kini sedang dalam proses pengurusan izin ekspor ke Departemen Pertahanan RI dan Dephan Sri Lanka untuk memasok sejumlah kendaraan militer kepada kepolisian Sri Lanka,” kata Eka.
Selain Sri Lanka, sejumlah negara tetangga lainnya juga banyak yang telah menyatakan minatnya untuk membeli kendaraan militer produksi PT SSE. Negara tersebut antara lain Iran, Pakistan, India, Laos, Vietnam, Kamboja dan Malaysia. Namun tampaknya ekspor kendaraan militer khususnya kendaraan tempur tidak semudah kegiatan ekspor kendaraan sipil, sebab membutuhkan izin khusus baik dari pemerintah Indonesia maupun dari pemerintah negara pengimpor.
Walaupun kendaraan yang dibuat PT SSE merupakan kendaraan militer, namun PT SSE tidak melengkapi kendaraan produksinya dengan senjata. Kendati demikian, PT SSE membuatkan mounting (dudukan senjata) pada kendaraan produksinya sesuai dengan pesanan dari pihak pembeli. Hal itu dinilai lebih fleksibel karena setiap kesatuan pasukan mempergunakan jenis senjata yang berbeda-beda.
“Hampir seluruh bahan baku dan komponen untuk pembuatan kendaraan militer di PT SSE dibuat di dalam negeri kecuali untuk mesin dan transmisinya yang sampai kini masih diimpor. Untuk kedua komponan tersebut spesifikasi teknisnya sering kali ditentukan oleh pihak pembeli,” tutur Eka.
Khusus untuk plat baja anti peluru, PT SSE bersama PT DI telah berhasil mengembangkan plat baja dengan ketebalan 6 mm yang tahan peluru. Demikian juga dengan kaca anti pelurunya sudah berhasil dikembangkan di dalam negeri melalui kegiatan riset putra putri anak bangsa. Hasil riset tersebut kini sedang dalam proses pendaftaran paten ke Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM.
Sebab, sebetulnya industri kendaraan militer di dalam negeri pun sudah mampu memproduksi kendaraan tersebut. Hanya sayangnya, karena kegiatan pembelian kendaraan militer tersebut dilakukan dalam waktu yang cukup singkat, maka industri pembuat kendaraan militer di dalam negeri tidak bisa memenuhi permintaan yang sangat mendadak tersebut. Sebab kapasitas produksi maupun kemampuan modal kerja industri-industri tersebut masih terbatas.
Memang kegiatan bisnis kendaraan militer di tanah air masih termasuk bisnis yang relatif baru terutama bagi para pelaku usaha swasta. Kondisi tersebut terjadi mungkin karena pemerintah sendiri selama ini masih membatasi kegiatan industri tersebut sehingga tidak banyak izin usaha atau izin industri yang diterbitkan bagi kegiatan usaha tersebut, atau mungkin juga karena memang dunia usaha kurang tertarik untuk menggeluti bidang usaha tersebut.
Karena itu, tidak mengherankan apabila pelaku usaha di bidang tersebut hingga kini masih sangat jarang dan jumlahnya kini dapat dihitung dengan jari. Kendati demikian, teknologi produksi kendaraan militer sebetulnya bukanlah hal yang baru bagi kalangan industri di dalam negeri. Sebab, pada prinsipnya teknologi produksi kendaraan militer tidak jauh berbeda dengan teknologi produksi otomotif pada umumnya. Hanya memang untuk kendaraan militer membutuhkan spesifikasi tertentu khususnya untuk bahan baku seperti untuk rangka, body dan kaca serta dalam kemampuan mesin.
Pada prinsipnya industri otomotif yang sudah mapan dapat dengan mudah dikembangkan menjadi industri kendaraan militer. Seperti halnya di Indonesia, dari segi penguasaan teknologi rekayasa dan teknik produksi (manufaktur), para pelaku industri kendaraan militer di dalam negeri sudah mampu memasok kebutuhan kendaraan angkut militer, baik bagi pasukan angkatan bersenjata (TNI) maupun bagi kepolisian (POLRI). Namun sayangnya, seringkali kepentingan bisnis justru mengalahkan idealisme untuk memberdayakan industri kendaraan militer dalam negeri sehingga pilihan tetap jatuh pada kendaraan militer impor.
Selain PT Pindad, sebuah perusahaan milik pemerintah yang sudah dikenal mampu memproduksi kendaraan angkut militer dan kendaraan tempur, terdapat juga sejumlah perusahaan swasta yang kini sudah mengembangkan produk kendaraan angkut militer dan kendaraan tempur. Bahkan beberapa unit kendaraan militer produksi mereka kini sudah dioperasikan oleh pihak TNI dan POLRI.
Salah satu diantara perusahaan produsen kendaraan militer tersebut adalah PT Sentra Surya Ekajaya. Perusahaan yang didirikan dan dipimpin oleh Eka Surya Jaya tersebut mulai merintis pengembangan industri kendaraan militer sejak tahun 1998. Pada awalnya perusahaan tersebut bergerak dalam kegiatan perbaikan dan re-powering kendaraan militer ringan seperti landrover dll. Pada tahun 2001 PT SSE mulai melakukan kegiatan pelapisan kendaraan militer dengan bahan antipeluru dan pada tahun 2002 mulai mengembangkan kegiatan rancang bangun kendaraan panser.
Untuk memperkuat penguasaan teknologi rekayasa (engineering), sejak tahun 2002 PT SSE menjalin kerjasama di bidang rancang bangun (design engineering) untuk kendaraan tempur (armor) dengan PT Dirgantara Indonesia. Namun demikian seluruh kegiatan produksi (manufacturing) dilaksanakan di fasilitas produksi PT SSE yang berlokasi di Karang Mulya, Tangerang.
Produk kendaraan militer pertama hasil rancang bangun dan rekayasa teknologi PT SSE keluar pada tahun 2003, yaitu kendaraan militer tipe ‘PJD’ atau kendaraan untuk operasi Penyerangan Jarak Dekat. Jenis kendaraan militer tersebut kini sudah dioperasikan oleh pasukan Raider dari Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) sebanyak 29 unit.
Selanjutnya, pada tahun 2004, PT SSE mengeluarkan kendaraan militer model baru, yaitu kendaraan panser ringan (light panser) yang kini telah dipergunakan oleh SAT 81 Komando Pasukan Khusus (Kopasus) TNI-AD, Cijantung sebanyak 3 unit.
Rencananya, pada tahun 2007 PT SSE akan memproduksi kendaraan militer tipe P3 Ransus yang merupakan kendaraan taktis ringan dengan mobilitas tinggi. Kendaraan militer tersebut dirancang khusus untuk operasi tempur dan mampu digunakan pada kegiatan operasi yang cukup lama sampai sekitar 8 jam operasi. Kendaraan militer P3 Ransus rencananya akan dipasok bagi Komando Pasukan Katak (Kopaska) Barat, Kopaska Timur (TNI-AL), Denjaka dan Denbravo (TNI-AU) dengan total pemesanan seluruhnya sebanyak 10 unit.
Untuk memasok kendaraan militer kepada pasukan Brigade Mobil (Brimob) POLRI, pada tanggal 4 Nopember 2006 lalu pada saat pelaksanaan HUT ke-21 Brimob POLRI di Markas Brimob Kelapa Dua Depok, PT SSE telah melakukan demonstrasi kendaraan tempur P2 APC (Armored Personnel Carrier) dan P3 Ransus. “Kmai sangat berharap pimpinan POLRI mendukung penggunaan kendaraan militer produksi PT SSE di jajaran kepolisian, karena produk ini merupakan produk buatan dalam negeri hasil ciptaan para putra putri anak bangsa,” kata Eka kepada majalah Kina di selasela acara pameran IndoDefence 2006 di arena PRJ Kemayoran, Jakarta belum lama ini.
Selain memasok kendaraan militer ke pasar dalam negeri, PT SSE juga telah menjajaki penjualan kendaraan militer ke sejumlah negara tetangga. “Untuk memenuhi pesanan ekspor, PT SSE kini sedang dalam proses pengurusan izin ekspor ke Departemen Pertahanan RI dan Dephan Sri Lanka untuk memasok sejumlah kendaraan militer kepada kepolisian Sri Lanka,” kata Eka.
Selain Sri Lanka, sejumlah negara tetangga lainnya juga banyak yang telah menyatakan minatnya untuk membeli kendaraan militer produksi PT SSE. Negara tersebut antara lain Iran, Pakistan, India, Laos, Vietnam, Kamboja dan Malaysia. Namun tampaknya ekspor kendaraan militer khususnya kendaraan tempur tidak semudah kegiatan ekspor kendaraan sipil, sebab membutuhkan izin khusus baik dari pemerintah Indonesia maupun dari pemerintah negara pengimpor.
Walaupun kendaraan yang dibuat PT SSE merupakan kendaraan militer, namun PT SSE tidak melengkapi kendaraan produksinya dengan senjata. Kendati demikian, PT SSE membuatkan mounting (dudukan senjata) pada kendaraan produksinya sesuai dengan pesanan dari pihak pembeli. Hal itu dinilai lebih fleksibel karena setiap kesatuan pasukan mempergunakan jenis senjata yang berbeda-beda.
“Hampir seluruh bahan baku dan komponen untuk pembuatan kendaraan militer di PT SSE dibuat di dalam negeri kecuali untuk mesin dan transmisinya yang sampai kini masih diimpor. Untuk kedua komponan tersebut spesifikasi teknisnya sering kali ditentukan oleh pihak pembeli,” tutur Eka.
Khusus untuk plat baja anti peluru, PT SSE bersama PT DI telah berhasil mengembangkan plat baja dengan ketebalan 6 mm yang tahan peluru. Demikian juga dengan kaca anti pelurunya sudah berhasil dikembangkan di dalam negeri melalui kegiatan riset putra putri anak bangsa. Hasil riset tersebut kini sedang dalam proses pendaftaran paten ke Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM.