Misi pemeliharaan dan perdamian dunia terus dilakukan Indonesia. Setelah bertugas selama enam bulan di Lebanon, KRI Sultan Iskandar Muda (SIM) 367 tiba di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok,Jakarta-Utara, Minggu Kemarin( 29/04). KRI SIM dengan nomor lambung 367 itu, baru saja menunaikan tugas sebagai Satgas Maritime Task Force (Satgas MTF) UNIFIL di perairan Lebanon.
KRI
SIM-367 mulai melaksanakan tugas sejak Oktober 2011 sampai Maret 2012
dan akan digantikan dengan KRI Hasanuddin -366, yang rencananya akan
diberangkatkan pada tahun ini juga. “Dua atau tiga bulan lagi akan kita
siapkan, mereka juga akan bertugas selama enam bulan,” ujar Panglima TNI
Agus Suhartono.
Panglima
TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, menjelaskan, pada saat KRI SIM-367
tiba di Lebanon, sudah dilakukan pemeriksaan oleh Tim dari PBB dengan
nilai yang satisfact .”Begitu pulang dicek kembali seluruh peralatan, sama nilainya satisfact (memuaskan)
dan komandan kapal beserta awaknya mendapatkan nilai yang baik artinya
professional, kualitas yang baik sesuai standar PBB,” kata Panglima TNI
di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok,Jakarta (30/4).
Sebagaimana
arahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,TNI akan terus mempersiapkan
dan akan terus mengabdi sebagai pasukan perdamaian PBB. Dengan
bergabungnya TNI sebagai pasukan perdamaian PBB, akan memiliki suatu
pengalaman tersendiri di medan tugas.”Setelah mereka kembali, tugas
mereka adalah menularkan pengalaman mereka kepada prajurit TNI lainnya,
sehingga kita memiliki standar kualitas yang sama,” ujar Panglima.
Satgas
Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII-C/UNIFIL diperkuat oleh 100
prajurit TNI AL. Mereka terdiri dari 33 perwira, 48 bintara, dan 19
tamtama yang dipimpin oleh Komandan Kapal Letkol Laut (Pelaut) Agus
Hariadi yang merupakan lulusan AAL 1992.
Selama
penugasan KRI SIM-367 telah memberikan kontribusi kepada UNIFIL, mulai
dari patroli turin, latihan bersama dengan Lebanese Armed Forces
(LAF)-Navy, maupun unsure-unsur MTF/UNIFIL lainnya di area of maritime operation (AMO).
Tugas
utama KRI SIM-367 dalam misi itu adalah membantu Angkatan Laut Lebanon
dalam menegakkan kedaulatan negaranya secara mandiri, mengamankan garis
pantai, mencegah masuknya senjata secara illegal, baik keluar maupun
kedalam wilayah Lebanon. Hal itu dilakukan berdasarkan mandate Resolusi
Dewan Keamanan PBB Nomor : 1701 Tahun 2006.
Dengan
melaksanakan pengawasan di perairan Lebanon, diharapkan dapat
mewujudkan perdamaian abadi di Lebanon. KRI SIM -367, sudah delapan
bulan meninggalkan tanah air, dengan rincian dua bulan perjalanan
pulang-pergi dan enam bulan masa penugasan, kini telah kembali lagi ke
tanah air.
Dari
sejumlah negara yang terlibat dalam Satgas MTF UNIFIL, hanya ada dua
negara yang menyertakan helicopter diatas kapalnya, salah satunya adalah
Indonesia.Sehingga selain melakukan pengawasan di perairan Lebanon,
juga melakukan pengawasan di udara melalui helicopter. Satgas MTF UNIFIL
Indonesia, diakui oleh negara lain dan kedudukannya sejajar dengan
Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, Yunani, dan Turki. Indonesia adalah
negara satu-satunya di Asia yang pertama kali berpartisipasi dalam
mengirimkan kapal perang dalam misi perdamaian di Lebanon.
KRI SIM -367 merupakan salah satu kapal terbaru milik TNI AL. Kapal perang jenis korvet kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) buatan Schelde Naval Shipbuilding, Vlissingen,
Belanda.Kapal yang masuk dalam jajaran Satkoarmatim ini memiliki bobot
1700 ton, dengan panjang 90,71 meter, dan lebar 13,2 meter. Kapal perang
yang mampu miring 45 derajat ini, memiliki kecepatan 28 knots dengan
tenaga penggerak diesel STC Man. Tak lupa, kapal ini dilengkapi torpedo
3A244S dengan dua peluncur, meriam, peluru kendali dan persenjataan
elektronik. Didalam kapal,setiap sudut dilengkapi kamera pengintai CCTV.
Satgas
yang baru kembali ini, merupakan satgas ketiga yang pernah
diberangkatkan TNI ke Lebanon. Sebelumnya Mabes TNI, memberangkatkan KRI
Frans Kaisepo-368 dan KRI Diponegoro-365 yang bergabung dalam gugus
tugas MTF.
Jumlah
pasukan TNI yang tergabung dalam misi perdamaian dunia dibawah bendera
PBB diseluruh dunia saat ini berjumlah 1828 prajurit yang tersebar di
berbagai wilayah konflik yakni di Lebanon,Kongo,Haiti,Liberia, Sudan
Selatan, Darfur, dan yang terakhir di Suriah.
Pada 2014, diharapkan Indonesia dapat mengirimkan 4000 pasukan perdamaian (peacekeepers)
ke seluruh dunia, sesuai amanat pembukaan UUD 1945 yaitu ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
“Hal
itu dilakukan, karena Indonesia ingin keterlibatan para prajurit TNI
dalam posisi-posisi penting di PBB, dan posisi penting itu akan
terpenuhi, manakalah jumlah prajurit kita memenuhi persyaratan,” kata
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono.
0 komentar:
Posting Komentar